Desanesia.id – Dalam acara Gerakan Membangun Pendidikan Kesetaraan Desa (Gempita Desa) yang berhasil mewisuda sekitar 2.000 warga belajar di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, mulai dari Kejar Paket A, B dan C, di Rock Convention Center Lumajang, Kamis, (15/6).
Dalam kesempatan itu, Bupati dan Wakil Bupati Lumajang juga menyerahkan penghargaan kepada warga belajar berprestasi, antara lain Mustofa AlFatih, Hafidz tingkat ASEAN dari PKBM Kasih Ibu, Nur Wahid, Guru Silat dari PKBM Anak Bangsa, Nurus Sanah Alfina, PKBM Cahaya Kehidupan yang berhasil lulus dan diterima di perguruan tinggi negeri serta kepada Mistami, atas dedikasinya di dunia pendidikan bagi perempuan dan anak.
Dalam kesempatannya Bupati Lumajang Thoriqul Haq menyampaikan rasa haru kepada salah satu lulusan Mustofa al Fatih yang berprestasi di tingkat ASEAN.
“Saya terharu salah satu lulusannya ananda Mustofa al Fatih berprestasi Hafidz tingkat ASEAN, sudah Hafidz 30 juz masih umur 17 tahun dan baru saja menyelesaikan Kejar Paket B. Saya berharap ananda Mustofa melanjutkan kejar paket C dan kuliah, kami memiliki program beasiswa bagi Hafidz dan Hafidzoh, ini contoh bahwa kejar paket juga bisa berprestasi,” ujarnya.
Cak Thoriq sebutan akrabnya juga menyampaikan, bahwa Gempita Desa merupakan upaya Pemerintah Kabupaten Lumajang untuk menuntaskan permasalahan terkait kesetaraan pendidikan masyarakat.
Program Gempita Desa ini juga diharapkan dapat meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Lumajang.
Dirinya juga berharap, agar warga belajar Gempita Desa agar tidak patah semangat.
Menurutnya, lulusan pendidikan kesetaraan melalui Gempita Desa tersebut tetap memiliki peluang yang sama untuk sukses dan melanjutkan ke pendidikan tinggi.
“Kami turut bangga karena bapak ibu semua menambah indeks pendidikan di Lumajang, dengan panjenengan ikut gempita desa kita naik rata-ratanya, lulusan SD, SMP dan SMA jadi bertambah,” ungkapnya.
Ditempat yang sama Wakil Bupati Lumajang Indah Amperawati (Bunda Indah) menuturkan, bahwa dirinya menyoroti kasus pernikahan dini yang menjadi salah satu faktor putus sekolah.
Oleh karenanya, Gempita Desa menjadi salah satu solusi bagi masyarakat yang putus sekolah meneruskan pendidikan yang setara dengan pendidikan formal.
“Ini mohon jadi perhatian bapak ibu, jadi nanti putra-putrinya jangan dinikahkan dini, sekolahkan sampai tuntas, di kasus pernikahan Dini yang menjadi salah satu faktor putus sekolah,” tuturnya. [nfa]