Desanesia.id-Universitas Syiah Kuala (USK) kembali menyelenggarakan Annual International Conference (AIC). Tahun 2023 menjadi tahun ke-13 konferensi internasional tersebut dilaksanakan, yang berlangsung di Gedung AAC Dayan Dawood, Senin (13/11).
Ketua Panitia AIC ke-13, Prof Sugianto menyampaikan, AIC adalah agenda tahunan USK di bawah Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) USK.
Peserta AIC 2023 terdiri dari peneliti, dosen, dan mahasiswa. Mereka berasal dari sejumlah negara, antara lain Indonesia, Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, Bangladesh, Australia, Jepang, Spanyol, Hongaria, AS, dan Jerman.
“Kami menerima total 267 kiriman abstrak dari lebih dari 600 penulis. Setelah melalui proses peninjauan yang ketat, kami telah memilih 204 artikel yang memenuhi standar kualitas tertinggi,” kata Prof Sugiarto.
Makalah terpilih ini akan diterbitkan pada jurnal ternama seperti Scientific-Net Publisher, prosiding IOP yang terindeks Scopus, serta jurnal terindeks Sinta 2. Secara teknis, konferensi ini sangat beragam dan kaya akan khazanah pengetahuan, yang terbagi dalam dua sesi: 8 sesi online dan 18 sesi offline.
Adapun keynote speaker: Prof. Shawn Laffan dari Universitas New South Wales, Australia, Monika Firl dari Fairtrade International di Bonn, Jerman, Prof. Tonya Kuhl dari UC Davis, College of Engineering, Amerika, Prof. Dr. Ir. Hammam Riza, M.Sc., IPU, Presiden KORIKA, dan Prof. Dr. Yetty Komalasari Dewi dari Departemen Hukum Ekonomi Universitas Indonesia, Depok, Indonesia.
“Selain presentasi menawan dari keynote dan pembicara undangan, kami juga mengadakan pameran menarik produk-produk inovatif dari pusat penelitian dan profesor kami di USK,” tuturnya.
Wakil Rektor Bidang Akademik USK, Prof. Dr. Ir. Agussabti, M.Si., IPU mengemukakan, konferensi ini mencakup berbagai topik, dibagi menjadi tiga jalur: Sains dan Teknik; Ilmu Lingkungan dan Kehidupan; dan Ilmu Sosial.
“Fokus utama konferensi ini adalah untuk berbagi dan meneliti temuan-temuan, bertukar perspektif dan gagasan, untuk dibawa ke tahap selanjutnya, hingga implementasi guna meningkatkan kualitas hidup dan kemanusiaan,” ujar Prof Agussabti.
Prof Marwan menambahkan, USK senantiasa meyakini bahwa pengetahuan, penelitian dan teknologi sangat bermanfaat bagi masyarakat, dan pengetahuan idealnya bersifat inklusif; untuk kelompok minoritas, penyandang disabilitas, untuk semua orang tanpa kecuali.
“Dengan memperkuat kolaborasi akademik dan industri untuk meningkatkan penelitian dan inovasi, kami berharap konferensi ini dapat menjawab sejumlah tantangan di masa depan,” pungkasnya. [rah]