Desanesia.id-Dewan Pimpinann Daerah Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Kabupaten Kubu Raya, menggelar Dialog Interaktif dengan tema “Merdeka di Era Digital”, di Aula Gedung Pramuka, Kalimantan Barat, Jalan Arteri Supadio Ayani II Kubu Raya, Selasa (10/10).
Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) adalah wadah bernaungnya organisasi kepemudaan, Kabupaten Kubu Raya ini menginisiasi dialog dengan menghadirkan beberapa narasumber yang berkompeten tentang Merdeka di Era Digital, dimana saat ini menjelang pesta Demokrasi Pemilu 2024.
Hal tersebut disampaikan Pelaksana Tugas (Plt), Ketua KNPI Kabupaten Kubu Raya, M Taufiqurahman, S.Kom.I, pada saat pembukaan acara Dialog Interaktif tersebut.
“KNPI Kubu Raya memandang, ini sangat penting dilakukan agar memberikan edukasi. Bagaimana kebebasan berekspresi didunia digital. Ini bisa menjadi hal positif, tetapi juga bisa menjadi hal negatif. Nanti para narasumber akan memberikan edukasi kepada kita semua,” ungkap M. Taufik.
Dialog Interaktif Merdeka di Era Digital menghadirkan Narasumber Nasional, Dewan Pakar Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI), Herzaky Mahendra Putra,S.Sos.,M.M, Kapolres Kubu Raya, AKBP Arief Hidayat.,S.H.,S.I.K dan Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Kubu Raya, Rini Kurnia Solihat,S.STP.,MA.
Kegiatan Dialog Interaktif “Merdeka di Era Digital” juga dihadiri Sekretaris Majelis Pemuda Indonesia (MPI) KNPI Kubu Raya, Edi Suhairul.,S.Pd.I, Ketua Demisioner KNPI Kubu Raya, Musa, S.E serta seluruh pengurus DPD KNPI Kubu Raya saat ini.
Dalam pemaparannya, Herzaky Mahendra Putra menyampaikan bahwa KNPI sebagai organisasi dengan keanggotaan OKP, saat ini harus menjadi penyejuk bagi bangsa ini. Sesuai dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, perbedaan adalah hal yang alamiah.
“Apalagi saat ini kemajuan teknologi, kekuatan digital semua orang bisa saling berpihak dan berstatement, yang terkadang berpotensi memecah belah bangsa. Nah, KNPI harus berada ditengah-tengah sebagai penyejuk bangsa ini,” ujarnya.
Founding Father bung Karno, Bung Hatta dan Bung Tomo sudah menitipkan bahwa Bangsa Indonesia ini dibangun atas perbedaan. Dengan demikian, di era serba media sosial ini, jadilah pemuda yang paling bisa dipercaya, cepat fokus di era disrupsi merdeka digital untuk dapat memfilter berita hoaks. Disaring terlebih dahulu, dicek kepastian dan sumber aslinya, sehingga kemudian dapat disharing.
“Kita sebagai pemuda harus cerdas dan bijak menyikapi hal-hal yang berseliweran didunia maya, melalui teknologi digital. Intinya ada lima poin yang harus kita tanamkan yaitu, perbedaan yang harus kita akui, menghormati toleransi, fokus, saling mengapresiasi, dan pelajari dengan tepat,” ungkap aktifis pemuda ini.
Sementara itu, Kapolres Kubu Raya, AKBP. Arief Hidayat, S.H.,S. I.K, menyampaikan bahwa dalam hal menjaga kondusifitas keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas), KNPI harus memahami dan mengedukasi masyarakat tentang Merdeka Era Digital.
“Keterbukaan informasi ini juga memberikan kesempatan diberbagai aspek, baik ekonomi, sosial dan budaya. Jika dimanfaatkan dengan baik, bijak dan cerdas maka akan memberikan peluang, apalagi bagi kaum milenial atau anak-anak muda saat ini,” jelas Kapolres.
Oleh karena itu, dunia maya harus banyak dikuasai anak milenial yang sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku. Agar tidak disalahgunakan maka ada aturan undang-undang yang diatur oleh pemerintah. Salah satunya, Pasal 27 ayat 3 UU ITE (defamasi) Pencemaran nama baik.
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dana atau mentransmisikan dan atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan atau pencemaran nama baik,” terangnya.
Begitupun sesuai Pasal 27 ayat 1 UU ITE (Pornografi), dengan pasal 27 ayat 3, Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan asas suku, agam, ras dan antargolongan.
Dan sesuai dengan Pasal 28 ayat 2 UU ITE (Kebencian). Ujaran kebencian dan permusuhan setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan melanggar kesusilaan.
“Pada intinya kita semua harus cerdas dan bijak memanfaatkan kemampuan dan kemajuan teknologi di era digital ini, khususnya rekan-rekan KNPI di Kubu Raya,” tegas Kapolres Kubu Raya.
Hal yang sama disampaikan Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kubu Raya, Rini Kurnia Solihat.
Ia mengatakan generasi muda saat ini adalah penduduk asli digital, karena sejak lahir saja sudah dihadapkan dengan kemajuan teknologi dan dunia digital.
“Fakta saat ini semua aktifitas kita sudah dihadapkan dengan dunia digital. Sebagai contoh, ketika anak bayi rewel, ibunya sudah memberikan gadget atau handphone dan fakatanya memang si anak langsung diam dan tidak rewel lagi. Sehingga, itu membuktikan bahwa sejak dini kita sudah dikenalkan teknologi dan digitalisasi,” ungkap Rini.
Pemuda dan teknologi ialah suatu hal yang berdampingan. Sehingga, harus dimanfaatkan dengan baik.
Saat ini, dunia kewirausahaan dan inovasi dapat memberdayakan generasi muda untuk menjadi wirausaha di era digital. Mampu memanfaatkan kreativitas dan keterampilan untuk pemecahan masalah.
Melihat era Covid-19 kemarin, dengan adanya budaya start-up dan dampaknya menumbuhkan budaya inovasi untuk pertumbuhan ekonomi kreatif.
Namun, semuanya harus memiliki sistem keamanan siber dan privasi, dapat memahami risiko dan ancaman online. Melindungi informasi pribadi, memastikan perilaku online yang aman serta dapat mendidik generasi muda tentang keamanan siber.
Intinya, pemuda mampu dalam aktivitasme digital. Keterlibatan pemuda dalam tujuan sosial melalui teknologi, platform online untuk dijadikan advokasi dan kesadaran, kekuatan digital untuk menciptakan perubahan positif melalui aktivisme digital tersebut.
“Pemuda harus mampu menjadi bagian dari solusi, bukan malah menjadi beban. Generasi muda harus menjadi pengukir sejarah, bukan sekedar pengekor sejarah,” tutupnya. [nfa]
Laporan: Ismail