Desanesia.id– Imbas kemarau panjang, beberapa kawasan di Kabupaten Bandung Barat (KBB) mengalami krisis air bersih. Salah satunya di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, KBB, di mana warga mengeluhkan tidak adanya air bersih.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) fenomena El Nino telah menyebabkan berkurangnya curah hujan yang akan terus berlangsung hingga September 2023 nanti.
Camat Cipatat, Sulaena Faisal mengatakan, 14 RW di Desa Gunung Masigit masih relatif aman. Namun, sebanyak 1.500 Kepala Keluarga (KK) dari 10 Rukun Warga (RW) di desa tersebut mengalami krisis air bersih.
“Jadi kami ajukan permohonan bantuan pasokan air bersih ke BPBD KBB tapi dari 10 RW yang dapat bantuan baru dua RW. Total keseluruhan RW Gunung Masigit itu ada 24 RW tapi yang paling parah di 10 RW itu,” ucap Sulaena saat dihubungi, Selasa (22/8).
Mengingat kurangnya pasokan air dari Pemerintahan Daerah (Pemda) KBB, dia menuturkan, pihaknya terus berkoordinasi dengan Pemerintahan Desa (Pemdes) Gunung Masigit.
“Ini sudah parah, kasihan warga. Kalau desa-desa lainnya masih relatif aman, semoga saja tidak terdampak,” ungkapnya.
Kepala BPBD KBB, Djarot Prasetyo mengakui, pihaknya baru mensuplai air bersih ke dua wilayah yang mengalami kekeringan yakni, warga Gunung Masigit dan warga GBR 3 Desa Cilame, Kecamatan Ngamprah dengan total distribusi air bersih untuk 250 warga.
“Kami kerja sama dengan PDAM Tirta Rahardja untuk membantu warga yang mengalami kekurangan air bersih ini. Bantuan yang kita berikan berdasarkan pengajuan permohonan dari aparat kewilayahan,” kata Djarot.
Bantuan air bersih untuk dua RW Gunung Masigit, Ia menerangkan, dialokasikan untuk 300 KK. Termasuk untuk masjid yang berada di dua RW tersebut.
“Tentunya sesuai pengajuan. Jadi kalau ada yang kekurangan air bersih baiknya segera melaporkan ke pihak kecamatan untuk dilanjutkan ke Pemkab Bandung Barat,” ujarnya.
Sementara itu, Bupati Bandung Barat, Hengky Kurniawan menjelaskan, pihaknya telah meminta dinas-dinas terkait untuk melakukan intervensi yang bisa mengatasi persoalan kekeringan.
“Bantuan sementaranya kita kirim air menggunakan (truk) tanki seperti biasanya tapi untuk jangka panjang saya sudah sampaikan ke Pak Kadis PUTR untuk mengkaji embung raksasa,” paparnya.
Hengky mengharapkan, ke depannya KBB memiliki program strategis untuk mengatasi masalah kekeringan baik berupa bendungan maupun embung raksasa untuk menampung air.
“Karena mayoritas masyarakat kita itu petani. Dan kita ingin ketahanan pangan KBB ini harus betul-betul terjaga dan ini lebih penting daripada yang lain,” ujarnya. [nfa]