Desanesia. Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono resmi meluncurkan modelling Penangkapan Ikan Terukur (PIT) pertama di Indonesia. Pengembangan modelling ini akan dilakukan di dua wilayah zona 3 perikanan, antara lain Kota Tual dan Kepulauan Aru, Provinsi Maluku.
Peresmian ini ditandai dengan penandatanganan kerja sama bisnis hulu hilir perikanan tangkap dan penangkapan ikan terukur bersama PT Samudera Indo Sejahtera dan kelompok nelayan di Kota Tual pada hari ini, Minggu (2/6).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2023 tentang Penangkapan Ikan Terukur, Penangkapan Ikan Terukur adalah penangkapan ikan yang terkendali dan proporsional. PIT dilakukan di zona penangkapan ikan terukur, berdasarkan kuota penangkapan ikan dalam rangka menjaga kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya serta pemerataan pertumbuhan ekonomi nasional.
Trenggono mengatakan, PIT menjadi salah satu langkah transformasi bagi industri perikanan RI untuk menuju ke arah perikanan yang mengedepankan keberlanjutan dan budidaya. Ia pun bercerita, sempat ditolak Eropa lantaran sistem penangkapan ikan RI dinilai barbar.
“Sampai hari ini kita belum mampu dan belum bisa berhasil ekspor produk perikanan kita ke Eropa. Salah satu yang saya dapatkan informasi kenapa itu terjadi, dia cuman jawab cara penangkapan kalian masih barbar,” kata Trenggono, di Tual, Maluku Tenggara, Minggu (2/6).
“Jadi inilah salah satu jawabannya, penangkapan terukur itu adalah untuk memberikan keyakinan kepada market di dunia juga bahwa ikan ditangkap dengan cara yang lebih lebih manusiawi lebih baik. Dan ikan yang lebih bisa dideteksi bawah ini dari mana, jenisnya seperti apa, peralatan tangkap seperti apa, dan lebih efisien,” sambungnya.
Selain Tual dan Kepulauan Arafura, pihaknya menargetkan akan ada tiga titik pengembangan modeling PIT di Indonesia Timur. Beberapa titik potensial ada di kawasan pantai Papua seperti Merauke hingga Ambon, Maluku. Dengan demikian nantinya total akan ada 5 area modeling di timur.
Selain itu, PIT diharapkan akan meningkatkan produktivitas di daerah sehingga diharapkan dapat menjadi katalisator dalam mendongkrak perekonomian Indonesia. Trenggono menjelaskan, ekonomi daerah bisa didorong melalui langkah pemusatan produktivitas, di mana penangkapan hingga pengolahan hasil tangkapan akan dilakukan langsung di Tual dan Kepulauan Aru.
“Terus kalau ada pertanyaan yang sering ditanyakan ke saya oleh nelayan atau pelaku industri di Pantura, ‘Pak kalau di Jawa butuh ikan gimana?’ Ya dikirim aja, dia beli dari Ambon atau dari Tual atau dibeli dari Benjina dikirim ke Jawa. Akan jauh lebih efisien dibandingkan dengan kapalnya dari Jawa nangkap sini balik lagi, ongkosnya sudah double sehingga tidak efisien,” jelasnya.
Sementara itu, Plt. Direktur Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) KKP TB Haeru Rahay mengatakan, dalam proses implementasi model PIT di zona 3, total sebanyak 187 kapal yang sebelumnya menyetor ikan ke zona 6 Jakarta, kini telah disinergikan untuk menjaring dan menyetor ikan di Tual dan Kepulauan Aru. Diestimasikan transaksi bisa dihasilkan Rp 48,4 miliar.
“Hasil produksi ikan dari 187 kapal ini diestimasi sekitar 4.578 ton setiap bulannya, dengan nilai transaksi sekitar Rp 48,4 miliar dalam satu bulannya. Nilai ini masih sangat kecil, namun izinkan kami akan selalu memotivasi teman-teman mensinergikan semuanya,” kata Haeru.
Haeru mengatakan, kunci utama dari kelancaran proses transformasi tak lain adalah sinergi antar pemangku kepentingan. Oleh karena itu, serangkaian pertemuan dilakukan dalam menggagas modeling PIT di Provinsi Maluku hingga lahirlah kerja sama bisnis hulu hilir perikanan.
Adapun untuk tahap awalannya, kerja sama telah disepakati antara pemerintah bersama PT Samudera Indo Sejahtera (SIS) dan PT Industri Perikanan Arafura (IPA), serta bersama sejumlah koperasi nelayan di pantai utara (Pantura) Jawa.
“Kerjasama bisnis ini menjadi bagian dari modeling dan Insyaallah ini bagian dari uji coba pelaksanaan prinsip-prinsip Penangkapan Ikan Terukur di zona 3, termasuk implementasi konsep zona dan sop terutama sop yang menyangkut kedatangan dan keberangkatan kapal yang terintegrasi,” ujarnya. [nfa]