Desanesia.id-Delegasi Universitas Syiah Kuala (USK) yang melaksanakan KKN Kebangsaan XI di Kalimantan Barat, bersyukur bisa berbaur dan mendapatkan pelajaran selama sebulan di Kalbar. Pengalaman tersebut dibagikan Delegasi KKN Kebangsaan USK secara On Air di salah satu radio, belum lama ini.
Delegasi USK terdiri dari, Rahma Dhiyaa Sausan (FMIPA), Alinafia Nasution (FT), Qurrata Aini (FH), Fashiha Qurrotul Aini (FK), Siska Amanda (FKP), Safira Hasanah (FKH), Arif Setiawan (FISIP), Denni Mulyani (FKep), Muhammad Oriza (FP), dan Ary Gusmunandar (FKIP).
“Berbagai program kerja berhasil kami laksanakan, baik program unggulan yang disediakan pemerintah, maupun program tambahan saat berada di desa Tempatan. Alhamdulillah banyak pengalaman yang kami peroleh selama berada di Bumi Khatulistiwa,” kata Arif dalam keterangannya, Kamis (31/8).
Sebagai perwakilan KKN kebangsaan USK, Arif dan Sausan menceritakan berbagai program kerja yang dilaksanakan serta kisah-kisah yang dialami selama disana, termasuk mematahkan stigma buruk masyarakat terhadap Suku Dayak. Sejauh amatannya, masyarakat disana sangat patuh akan aturan, baik aturan agama maupun adat istiadat.
“Saat kami sampai disana, selama 3 hari kami tidak beraktivitas dikarenakan sedang dalam perayaan, termasuk juga di hari Sam Sam, dimana tidak boleh ada alat tajam di rumah masing-masing, tidak boleh memotong hewan, tidak berkeliaran di luar rumah, dan masih banyak aturan lainnya, mereka cukup patuh akan aturan adat dan budaya,” kenangnya.
Ia menyampaikan, Kalbar memiliki berbagai suku, ras, dan budaya. Suku dominan di provinsi tersebut adalah Suku Dayak, Suku Melayu, dan Suku Tionghoa. Adapun Suku Dayak, oleh sebagian masyarakat masih terperangkap pada pandangan bahwa suku mistis.
Padahal, dikatakan Sausan, masyarakat di Kalbar kental dan sangat kaya adat dan budaya, khususnya yang berada di daerah terpencil, jauh dari anggapan-anggapan buruk tersebut.
“Mereka menerima tamu dengan sangat ramah tamah yang belum saya dapatkan di tempat lain. Tidak hanya itu, toleransi mereka terhadap minoritas cukup kuat, baik dalam hal agama maupun aspek lainnya,” ujar Sausan.
Delegasi KKN Kebangsaan USK berpesan, agar setiap orang tidak mudah percaya dengan berbagai stimulus masyarakat terhadap suatu kelompok, sebelum melihat realita yang ada. Di saat yang sama, mereka menyarankan, ke depan agar KKN Kebangsaan dapat dilaksanakan lebih dari satu bulan, demi optimalisasi program, guna memajukan taraf kesejahteraan desa.
Untuk diketahui, KKN Kebangsaan XI tahun 2023 telah dilaksanakan selama satu bulan, terhitung sejak 20 Juli hingga 20 Agustus 2023 di Kalimantan Barat. Kegiatan ini di bawah naungan Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan serta Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi.
KKN Kebangsaan tahun ini diikuti oleh 951 mahasiswa dari 73 universitas se-Indonesia dan dua universitas dari negeri tetangga, Malaysia. [rah]