Desanesia.id – Budaya leluhur merupakan jati diri bagi masyarakat adat dan untuk melestarikannya tidaklah sulit. Hal itu tergantung kepada masyarakat adat itu sendiri.
Salah satunya masyarakat adat di Kabupaten Seluma tepatnya di Desa Napal Jungur, Kecamatan Lubuk Sandi, Kabupaten Seluma. Masyarakat adat Napal Jungur mempercayai ritual Kenuri Tengah Laman merupakan salah satu cara mereka mengingat leluhur ataupun asal-usul.
Diceritakan tetua adat Napal Jungur, Basarudin, ritual adat Kenuri Tengah Laman merupakan salah satu kepercayaan leluhur sejak dahulu.
Ia mengatakan, ritual ini juga sebagai cara untuk mengingat asal-usul agar masyarakat tidak seperti kacang lupa dengan kulitnya.
Apabila ritual adat Kenuri Tengah Laman tidak dilaksanakan, masyarakat adat setempat mempercayai akan terjadinya malapetaka. Karena, ritual ini telah dilakukan secara turun-temurun.
“Masyarakat di sini mempercayai jika ritual adat Kenuri Tengah Laman tidak terlaksana nantinya akan terjadi malapetaka. Sehingga, masyarakat adat di sini perasaannya tidak nyaman,” tutur Basarudin yang sering disapa masyarakat setempat Datuk Basok.
Dijelaskan Basarudin, banyak proses menuju kapan ditentukan waktu akan digelarnya Kenuri Tengah Laman. Biasanya ritual ini akan diadakan setelah hari raya Idul Fitri, di bulan Syawal.
Proses pertama kata Basarudin adalah musyawarah/mufakat setelah 3 hari pasca hari raya Idul Fitri. Dalam mufakat itu semua kalangan terlibat dari pemerintah desa, tetua adat, pemuda beserta seluruh kalangan masyarakat setempat.
“Sewaktu dalam musyawarah/mufakat di saat itulah akan menentukan jadwal terlaksananya ritual adat Kenuri Laman. Sehingga, hasilnya diputuskan dua minggu usai hari raya Idul Fitri. Kemudian, barulah digelar ritual adat Kenuri Tengah Laman ini,” tutur Basarudin.
Ritual Kenuri Tengah Laman bukan hanya minta doa selamat kepada Yang Maha Kuasa saja. Namun, banyak rangkaian kegiatan. Diantaranya, cuci kampung oleh pemuda adat dan dilanjutkan dengan makan bersama nasi kunyit atau punjung tiga warna yaitu putih, hitam dan kuning.
Basarudin menjelaskan, tiga warna nasi kunyit mempunyai makna bahwasanya Napal Jungur dahulu dibentuk oleh tiga orang leluhur atau disebut Tiga Puyang Ading Begading.
“Kuning itu untuk leluhur puyang Rungu, warna hitam untuk puyang Puting Agung dan putih diperuntukkan untuk puyang Kumpai,” tutur Dia.
Tiga puyang ini adalah 3 bersaudara yang mendirikan desa Napal Jungur. 3 bersaudara ini dua laki-laki dan bungsu perempuan.
Warga setempat mempercayai ketiga leluhurnya itu mempunyai kekuatan berbeda-beda. Pertama dari puyang Rungung yang diyakini seorang ulu balang ataupun pendekar, puyang Putin Agung ahli dalam perobatan dan puyang Kumpai diyakini ahli dalam pemerintahan.
Begitulah beberapa kepercayaan masyarakat adat Napal Jungur, ritual Kenuri Tengah Laman merupakan salah satu bentuk rasa ingat kepada leluhur dan asal-usul.
Tidak hanya itu, ritual adat ini juga dipercayai akan membawa nasib sial di tengah masyarakat adat apabila tidak dilaksanakan. Contohnya, panen padi gagal, ternak mati bahkan sampai dipercayai harimau akan turun ke kediaman masyarakat adat Napal Jungur.
Masyarakat adat setempat mempercayai sebelum ada desa Napal Jungur, ada leluhur yang telah mendahului. Cara menghargai dan mengingat leluhur dengan selalu menggelar ritual adat Kenuri Laman.[nfa]