Desanesia. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) kembali menjalin kerjasama dengan Dewan Kerajinan Nasional untuk mengembangkan Industri Kecil Menengah (IKM) Tenun di Kota Ambon.
Kegiatan ini, yang berlangsung mulai 17 hingga 20 April 2024, merupakan bagian dari rangkaian acara Peringatan Hari Ulang Tahun Dewan Kerajinan Nasional ke-44.
Sebanyak 20 peserta pelaku IKM Tenun Ikat, yang merupakan binaan Dinas Perindustrian dan Dekranasda Kota Ambon, turut serta dalam kegiatan ini. Acara dibuka oleh Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka yang juga menjabat Sekretaris Jenderal Dekranas Reni Yanita.
Reni Yanita mengatakan, pihaknya menjalin kerja sama dengan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), Pemprov Maluku, Pemkot Ambon, dan Dekranasda Provinsi Maluku dalam melaksanakan kegiatan pendampingan perajin tenun tersebut.
“Dalam menjaga warisan budaya nusantara, Kementerian Perindustrian terus berupaya mendorong pengembangan sektor industri kerajinan dan wastra tradisional, salah satunya industri kain tenun,” ujarnya dalam keterangan resmi, Sabtu (20/4).
Reni menjelaskan kegiatan pendampingan dan fasilitasi mesin kepada perajin tenun di Ambon dilaksanakan dalam dua tahap.
Pertama, pendampingan pencelupan pewarnaan alam dan pengembangan motif serta desain yang diselenggarakan pada 17-20 April 2024.
Kedua, tahap monitoring dan evaluasi yang digelar pada 2-3 Mei 2024. Dirjen IKMA Kemenperin berharap, berbagai kegiatan tersebut bisa mendorong kemajuan serta memberikan pengaruh positif bagi pertumbuhan dan daya saing ekonomi daerah maupun nasional.
“Kapasitas para perajin tenun dapat terus meningkat sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar, meningkatkan nilai jual produk tenun, serta tentunya perekonomian perajin dan daerah,” kata Reni.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Harian I Dekranas Loemongga Kartasasmita mengutarakan pentingnya menjaga potensi industri kain tenun Indonesia, terutama yang berasal dari daerah seperti Kota Ambon, Maluku.
Oleh karena itu, Loemongga menilai pelaku industri tenun, khususnya industri kecil menengah (IKM), perlu mendapatkan pendampingan dan fasilitas untuk menunjang proses produksi.
“Kami memahami pelaku IKM seringkali menghadapi permasalahan keterbatasan sumber daya dalam mengembangkan produk, karena membutuhkan biaya cukup besar,” tuturnya.
Seperti yang telah disampaikan, untuk mendukung industri tenun, Dekranas dan Kemenperin bersinergi untuk membantu pelaku usaha meningkatkan daya saingnya melalui kegiatan pendampingan pengembangan produk dan fasilitasi mesin atau peralatan.
Menurut Loemongga, kedua hal tersebut bisa menjadi bekal bagi para pelaku IKM untuk melakukan pengembangan produk dalam menghadapi persaingan bisnis saat ini. Ia pun berharap IKM RI bisa menghasilkan produk berkualitas dengan proses produksi lebih efisien dan efektif.
Berdasarkan catatan Kemenperin, industri kain tenun ikat dengan KBLI 13122 tersebar di 23 provinsi. Adapun wilayah yang mendominasi, yakni berada di Provinsi Bali, NTT, Maluku, NTB dan Sumatera Utara. Di Provinsi Maluku sendiri, sudah ada 3.016 perajin, dengan 233 kelompok yang tersebar di Kab. Kepulauan Tanimbar dan Kota Ambon.
“Potensi wastra ini perlu kita berdayakan untuk kesejahteraan masyarakat yang berdampak pada peningkatan perekonomian nasional,” kata Loemongga. [nto]