Desanesia.id-Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Kepri bersama Densus88 Wilayah Kepri melakukan sosialisasi anti intoleransi, radikalisme, dan terorisme kepada pelajar menengah atas. Kali ini berada di SMAN11 Batam, Kamis (05/10).
Didampingi Kepala Sekoolah SMAN11, Gatot dan para guru, siswa antusias mengikuti sosialisasi anti intoleransi, radikalisme, dan terorisme yang disampaikan anggota Densus88 Wilayah Kepri.
Dalam penjelasannnya, Umar mengatakan banyak negara – negara telah hancur akibat peperangan ISIS. Padahal negara – negraa itu sebelumnya negara yang damai dan indah.
“Apakah adik-adik semua mengingiinkan negara kita ikut hancur akibat terorisme?” ujarnya sembari menunjukkan foto beberapa negara yang hancur lebur, yang diserukan kata “Tidak…” oleh seluruh pelajar.
Di Indonesia sendiri, lanjut Umar, telah banyak terjadi pengebomaan oleh terorisme. Aksi ini terus bergulir di berbagai tempat, termasuk Batam pada malam Natal tahun 2000 yang dilanjutkan pengeboman pada 2002 di Bali.
Paparan intoleransi, radikalisme, dan terorisme ini, lanjut Umar tidak mengenal status. PNS, Mahasiswa, karyawan kantoran banyak yang telah terjerumus dalam aksi terorisme.
“Agama hanya menjadi kedok mereka untuk melancarkan aksi terorisme. Janji mendapatkan gaji besar adalah kebohongan. Contohnya ada PNS di Batam yangg terpapar, satu keluarga berangkat semua. Apa yang terjadi mereka kembali ke tanah air. Kehidupan meraka saat ini susah dari sebelumnya,” ungkapnya.
Umar juga mengingatkan kepada pelajar agar berhati-hati saat menggun akan media sosial. Hal itu dikartenakan disebabkan banyak yang terpapar dari media sosial.
Pemahamankan ini disamapaikan sebagai langkah preventif untuk menghindari terjadinya intoleransi, radikalisme, dan terorisme. Tujuannya diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk menciptakan lingkungan yang aman dan harmonis khsuusnya di sekitar SMAN 11 Batam. [nfa]