Desanesia.id– Perkembangan teknologi informasi membuat orang lebih mudah terkena mental health. Pasalanya, tak semua orang bisa mengatasi dampak buruk dari banjir informasi yang mereka alami.
Demikian disampaikan Corporate Trainer, Indonesia Hypnosis Centre (IHC), Hari Candra, kepada wartawan di Kota Bandung, Senin (30/10).
“Mirisnya, anak-anak dan remaja di usia sekolah adalah kelompok paling rentan terkena dampaknya,” ujar Hari.
Ia mengungkapkan, maraknya kasus bullying, penyimpangan orentasi seksual, gangguan makan, kasus kecanduan gadget dan media sosial pada seorang siswa merupakan sebagian bentuk masalah mental health. Kasus masalah mental health terbaru, Hari mencontohkan, adalah kasus seorang siswa SMA Negeri 1 Buntok di Barito Selatan, Kalimantan Tengah yang menantang berkelahi gurunya.
“Peran orang tua dan guru atau dosen saat ini tidak hanya sebagai pengajar dalam bidang akademik. Namun juga harus sebagai mitra, sahabat,tauladan, coaching, conselor, terapis bagi anak didik dalam menjalani proses belajar dan mengajar di sekolah maupun kampus,” terangnya.
“Untuk itu guru dan dosen di masa sekarang di tuntut untuk memiliki soft skills lain dalam berinteraksi dengan anak didik, berkaitan dengan permasalahan perilaku, perasaan dan pola pikir mereka,”lanjut Hari.
Ia mengimbau para orang tua siswa, lembaga pendidikan terutama pemerintah untuk lebih peduli terhadap masalah kesehatan mental para siswa dan melakukan langkah-langkah nyata dalam mengatasi masalah tersebut.
“Jangan sampai pengabaian masalah kesehatan mental merenggut hak mereka untuk meraih cita-cita,” tandasnya. [nfa]