Desanesia. Walaupun harga tembakau jenis voor oogst kasturi di Kabupaten Bondowoso cukup tinggi, namun belum menguntungkan petani. Sebab biaya operasinya mahal.
Hal itu diungkapkan petani tembakau di Dusun Krajan, Desa Mengen, Kecamatan Tamanan, Satrawi. Menurutnya harga tembakau jenis ini Rp60 ribu per kilogram. Namun biaya tanamnya mahal.
“Ongkos tenaga kerja setengah hari sebelumnya Rp30 ribu sekarang Rp35 ribu. Kemudian kami masih harus menyediakan makan, kopi, dan rokok. Kita tahu harga kebutuhan tersebut saat ini naik semua,” keluhnya.
Kalau cuaca bagus, lanjutnya, setelah panen masih membutuhkan waktu 10 hari untuk bisa dijual. Pemilahan daun membutuhkan waktu 3 hari. Setelah itu lalu di jemur. Waktu yang dibutuhkan 7 hari.
Ditambahkan, tahun ini saya menanam tembakau seluas 1,5 ha. Tanah seluas itu membtuhkan bibit 25 ribu. Kalau cuaca bagus, tanaman seluas itu bisa menghasilkan 1,5 ton tembakau kering. Tapi walaupun harganya mahal, keuntungan petani tembakau kecil.
Memang harga tembakau jenis kasturi tidak murah, per kilo gram harganya Rp65 ribu. Namun karena biaya operasi mahal dengan harga Semabako, Rokok, dan Kopi membuat keuntungan petani tembakau kecil.
“Dalam 1 ha, bisa ditanami pohon tembakau antara 12 ribu – 15 ribu jenis kasturi dengan estimasi produksi 1 ton. Hasil produksi tembakau di jual ke Pabrik Rokok Gudang Garam, Djarum, dan Sampoerna,” jelasnya.
Dikonfirmasi terpisah, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Bondowoso, Ahmad Yasid mengatakan, tahun ini tembakau sekarang beralih dari varietas lokal Maesan ke jenis kasturi.
“Sekarang fifty-fifty, artinya petani tembakau menanam varietas local Maesan 50% dan jenis Kasturi 50%. Kalau tahun sebelumnya 70:30. Varietas local Maesan 70% dan jenis Kasturi 30%,” jelasnya. [nfa]