Desanesia. Harga beras di Kabupaten Batang mengalami kenaikan yang signifikan. Hal diakibatkan oleh beberapa hal.
Data yang dihimpun oleh Disperindagkop dan UKM Kabupaten Batang menunjukkan, harga beras Medium saat ini mencapai Rp 15 ribu per kilogram.
Sedangkan beras premium Rp16 ribu per kilogram. Padahal, sebelum Pemilu, harga beras masih berkisar Rp10 ribu hingga Rp12 ribu per kilogram.
Menurut Plt Kepala Disperindagkop dan UKM Kabupaten Batang, Triossy Juniarto ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini. Di antaranya adalah faktor Pemilu itu sendiri dan banjir yang melanda sejumlah daerah di Jawa Tengah.
“Kondisi ini bukan hanya terjadi di Batang, tapi juga di seluruh Indonesia. Memang ada korelasi antara Pemilu dan harga beras. Banyak hal yang mempengaruhi,” kata dia, Kamis (22/2).
Salah satu faktor utama yang memicu kenaikan harga beras adalah musim yang tidak menentu.
Mursiti, Ahli Muda Analis Perdagangan Disperindagkop dan UKM Kabupaten Batang, menjelaskan bahwa musim kemarau panjang dan curah hujan tinggi berdampak pada produksi beras.
Selain itu, Pemilu juga meningkatkan permintaan beras di masyarakat.
“Musim yang tidak menentu membuat banyak petani gagal panen. Sementara itu, Pemilu juga membutuhkan banyak beras. Misalnya untuk keperluan logistik, konsumsi, dan lain-lain. Ini membuat harga beras naik,” paparnya.
Diketahui, banjir yang melanda beberapa daerah di Jawa Tengah juga berpengaruh pada pasokan beras di Kabupaten Batang.
Pasalnya, sebagian besar beras yang dikonsumsi di Batang berasal dari daerah timur Jawa Tengah, seperti Grobogan dan Purwodadi.
Namun, daerah-daerah tersebut terendam banjir di awal tahun ini, sehingga mengganggu distribusi beras.
Untuk mengatasi kenaikan harga beras, Disperindagkop dan UKM Kabupaten Batang melakukan beberapa langkah.
Salah satunya adalah dengan mendistribusikan beras murah stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) dari Bulog.
Beras SPHP ini dijual dengan harga Rp 11 ribu per kilogram dan didistribusikan ke pasar-pasar tradisional di Batang, Limpung, Bawang, dan Bandar.
“Setiap minggu kami mendistribusikan sekitar 20 ton beras SPHP ke pasar-pasar. Kami menyesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan masyarakat. Tujuannya adalah untuk menstabilkan harga beras di pasaran,” ujarnya.
Selain itu, Disperindagkop dan UKM Kabupaten Batang juga berupaya untuk menggelar operasi pasar murah (OPM) beras. Namun, langkah ini masih terkendala oleh anggaran.
“Kami masih berkoordinasi dengan pihak terkait untuk merealisasikan OPM beras. Kami berharap bisa segera dilaksanakan,” tuturnya. [nto]