Desanesia.id- Sampah organik adalah sampah yang berasal dari sisa-sisa organisme makhluk hidup baik manusia, hewan, serta tumbuhan. Sampah jenis ini sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk sampah organik adalah sisa sayur dan buah, kotoran hewan yang berasal dari rumah.
Biasanya, setiap rumah membuang sampai domestik tersebut ke tempat pembuangan sampah. Pasalnya, jika dibiarkan lama-lama sampah tersebut mengundang lalat dan menimbulkan bau tak sedap.
Sebenarnya, sampah organik dari rumah tersebut bisa dimanfaatkan menjadi kompos atau pupuk organik. Caranya pun sudah banyak disampaikan oleh para peneliti maupun pegiat lingkungan.
Salah satu cara yang relatif mudah dan murah adalah metode Kangempos yang diperkenalkan oleh Satgas Peduli Kelola Sampah Kota Bandung. Pengolahan samapah metode ini bisa dilakukan cukup bermodal ember atau bekas kemasan cat, karung dan kompos.
“Modalnya cukup Rp 50 ribu,” kata Ketua Satgas Peduli Kelola Sampah Kota Bandung Danar Aji Pratomo kepada wartawan, Selasa (5/9).
Danar menjelaskan, kompos digunakan untuk mempercepat proses pembusukan pada sampah organik yang diolah. Jika tidak terdapat kompos, kata dia, bisa juga menggunakan tanah. “Atau ditambah air bilasan beras dan gula aren,” ujarnya.
Ember dan Karung digunakan untuk menampung sisa sayur dan buah, kotoran hewan peliharaan dari rumah. Untuk menyerap air lindi, karung tersebut diisi juga dengan sekam.
“Apabila karung sudah penuh dapat dikeluarkan dan digantikan dengan karung yang baru,” kata Danar.
Setelah itu, kompos dimasukan ke dalam ember dan dilanjutkan sampah organik. Selanjutnya kompos dimasukkan kembali di atas sampah organik dan diaduk-aduk serta langsung ditutup.
Danar mengatakan, apabila proses pengolahan sampah organik telah selesai maka didiamkan selama dua pekan agar sampah terdekomposisi. Selanjutnya baru dapat dipakai untuk media tanam.
“Didiamkan dua pekan akan terdekomposisi, bisa dipakai menjadi media tanam. Kalau tidak ada kompos bisa pakai tanah,” pungkasnya. [nfa]